Minggu, 10 Februari 2013

10 Film Animasi Tradisional Karya Disney yang Terbaik


Sebelum komputer ditemukan, manusia membuat film animasi dengan menggambar tokoh-tokohnya di kertas putih kosong. Tangan-tangan terampil para animator menghidupkan cerita dongeng dengan gambar-gambar indah.

Walt Disney dianggap sebagai pelopor seni animasi, mulai dari Miki Tikus (Mickey Mouse) , Donal Bebek (Donald Duck), Paman Gober, dll. Namun, selain tokoh-tokoh kartun lucu itu, Disney juga menyuguhkan kita film-film animasi panjang (feature length animation) hasil kreasi keajaban tangan-tangan animatornya.

1995, Disney merilis Toy Story yang dibuat Pixar. Sejak Toy Story, lebih banyak film animasi yang dibuat dengan komputer ketimbang gambar tangan.

Nah, menengok puncak Box Office tahun lalu , film animasi gambar tangan alias animasi tradisional The Lion King (1994) , dirilis ulang dalam format 3D. Hasilnya, selama 2 pekan The Lion King (3D) merajai puncak Box Office mengalahkan film-film yang dibintangi Brad Pitt, Morgan Freeman, maupun Robert DeNiro.

Memperingati kembalinya kedigdayaan animasi tradisional Walt Disney di puncak Box Office, kami merangkum 10 Film Animasi Tradisional Disney yang menurut kami yang terbaik.

10. Pocahontas, 1995
Sepanjang sejarahnya, Walt Disney melahirkan para tokoh putri dengan dandanan khas mereka: cantik, kulit putih dengan rok mengembang. Karena seringnya Disney memberi gambaran putri berkulit putih, banyak yang menganggapnya melanggengkan hegemoni kulit putih atas kulit lain. Gambaran cantik seorang putri versi Disney dianggap sebagai gambaran ideal. Selain versi Disney, dianggap tidak cantik. Disney sadar atas kritik itu. 

Lalu Disney beralih ke cerita yang mengangkat kaum minoritas sebagai tokoh utamanya. Pocahontas, menggambarkan sosok putri dari suku Indian, Amerika Serikat. Tentu, putri Pocahontas tidak berkulit putih ataupun mengenakan korset dan rok yang mengembang. Kisah pertemuan orang kulit putih dengan kulit berwarna di tanah Amerika ini dianggap medium yang pas untuk menjelaskan perbedaan dan toleransi.
9. Lady and the Tramp, 1955

Mungkin, setelah mendengar nama judul film ini, anda langsung teringat momen saat 2 anjing duduk berdua menyantap spaghetti sambil mendengar lagu "Bella Notte". Ketika menyantap mie yang sama, dua sejoli berwujud anjing, Lady dan Tramp tak sengaja berciuman. Momen itu dianggap sebagai salah satu momen paling romantis sepanjang sejarah perfilman. 

Tapi, tahukah Anda, saat Walt Disney melihat potongan kasar adegan itu, ia tak menyetujuinya. Untungnya ia berubah pikiran. Lady in the Tramp diangap sebagai momen saat Disney kembali ke penceritaan sederhana tanpa berambisi mengadaptasi novel atau dongeng populer. Hasilnya, Disney tetap mampu memikat penonton semua umur dari setiap generasi. Ditonton lagi, oleh generasi sekarang maupun yang akan datang, film ini tetap memikat. 

8. Tarzan, 1999

Tarzan versi Disney tidak hanya bergelantungan dari pohon satu ke pohon lain, maupun berteriak kencang memanggil binatang-binatang lain. Ia lebih sering bergerak lincah bak pohon adalah papan luncur. Meski dalam bentuk animasi, Disney mengisahkan legenda Tarzan ke bentuknya paling mendekati aslinya. Sosok Tarzan yang diasuh oleh kera sejak bayi, karena itu ia sering dijuluki Manusia Kera. Membuatnya memiliki bahasa tubuh bak kera. 

Tarzan jarang terlihat berdiri tegak lurus, lebih sering bergerak tak ubahnya simpanse. Di luar itu, Tarzan versi Disney adalah kisah sempurna tentang pencarian jati diri anak manusia. Apalagi tambahan musik-musik merdu Phil Collins, menjadikan film ini makin menawan. 

7. The Little Mermaid, 1989

Selama 20 setelah kematian Walt Disney, studio film itu mencapai titik membosankan. Film-film animasinya tak lagi pas disebut klasik. Pena animator Disney sedang tumpul setelah ditinggal penciptanya. Ketika Disney ditangani Jeffrey Katzenberg (sekarang di DreamWorks), Disney bangkit. 

Film ini menjadi titik kebangkitan kembali Disney. Studio itu menggali dongeng klasik Barat dan menemukan kisah putri duyung karya Hans Christian Andersen untuk difilmkan , diceritakan kembali bagi penonton generasi sekarang. 

Hasilnya, Disney menemukan formula klasik yang kemudian jadi pegangannya selama bertahun-tahun untuk membuat film animasi: cerita dongeng yang ringan, paduan desain klasik dan kontemporer, serta sajian lagu-lagu pop yang bakal disuka semua usia, tua dan muda.

6. Cinderella, 1950

Salah satu kehebatan film animasi Disney adalah ketika Disney mengangkat cerita dongeng, orang mengira versi Disney adalah versi asli dongeng tersebut. Bahkan, banyak yang mengenal sebuah cerita dongeng pertama kali dari versi yang dibuat Disney. Begitu pula yang terjadi pada dongeng Cinderella. Kebanyakan orang tak tahu seperti apa cerita aslinya kecuali yang disajikan Disney. 

Kisah anak tiri yang disiksa ibu dan saudara tirinya itu, serta kemudian datang ke pesta dansa bertemu sang pangeran, lalu meninggalkan sepatu kacanya dan dimakan waktu meski sudah ditonton berkali-kali. Lebih dari 60 tahun, Cinderella versi Disney telah mengisi narasi warga bumi atas kisah klasik itu di setiap generasi. Tak heran, kita kemudian percaya kalau cerita Cinderella yang 'asli' adalah versi Disney. 

5. The Lion King, 1994

Film animasi ini dianggap menjiplak cerita 'Kimba The White Lion' karya pelopor manga-anime Jepang, Osamu Tezuka. Memang susah untuk tidak menganggapnya demikian. Namun, bukan berarti The Lion King tak berkualitas. Kisahnya terasa terlalu dewasa untuk ditonton anak-anak. Bahkan ada nuansa tragedi Shakespeare di dalamnya. 

Seekor singa pewaris tahta disalahkan atas kematian ayahnya, lalu pamannya yang jahat yang menyebabkan kematian itu mengambil alih kekuasaan. Sang singa kemudian terusir dan hidup bebas hingga ia harus kembali lagi merebut tahtanya dan menemui takdirnya sebagai penguasa rimba. The Lion King tak hanya berisi tingkah kartun nan lucu maupun lagu-lagu indah, tapi juga tentang kematian dan perebutan tahta. 

4. Snow White and Seven Dwarfs, 1937

Ini film animasi yang memulai segalanya. Ya, inilah film animasi panjang pertama. Sekarang orang menganggapnya sebagai film animasi yang imut tentang putri yang tinggal di hutan bersama kurcaci-kurcacinya. Padahal, butuh pengorbanan besar bagi Walt Disney mewujudkan film animasi ini. Film ini butuh waktu pembuatan 3 tahun, menghabiskan $ 1,5 juta, hampir membuat Disney bangkrut. 

Andai film ini gagal, hampir pasti Disney bakal menutup studio animasinya. Tapi, yang terjadi, Snow White jadi film paling sukses tahun 1938. Saat pertama hadir, Snow White dianggap sebuah revolusi bagi film animasi yang di masa itu lebih berupa tontonan pendek lucu berisi gambar dan musik. Snow White tak hanya lucu, tapi juga mengandung drama tragedi Yunani di dalamnya. Saat Snow White makan apel beracun banyak anak-anak masa itu ketakutan, menangis dalam bioskop. 

3. Fantasia, 1940


Walt Disney bukan penemu film animasi. Tapi, ia membawa teknologi sinema ini ke ranah seni yang tak pernah digapai manusia lain sebelumnya. Salah satu pencapaiannya adalah Fantasia. Ide dasar Fantasia sederhana saja: ambil musik-musik klasik yang dikenal orang, dan padukan dengan gambar-gambar animasi. 

Film ini kemudian dicatat sebagai sebuah 'landmark' di bidang animasi yang pengaruhnya terus terasa hingga kini. Bersama Miki Tikus yang dikenal manusia sejagad, lewat film ini Disney meneguhkan posisinya tak hanya sebagai sineas, tapi juga seniman. 

2. Beauty and the Beast, 1991

Beauty and the Beast adalah film animasi pertama yang bertengger dengan terhormat di deretan nominasi Film Terbaik Academy Awards. Sebelumnya, film ini menjadi film animasi pertama yang meraih gelar Film Terbaik (Komedi atau Musikal) di ajang Golden Globes. Maka, kualitas film ini tak perlu lagi dipertanyakan. Beauty and the Beast segera jadi klasik sejajar dengan film-film klasik cerita putri Disney lain seperti Snow White, Cinderella, maupun Sleeping Beauty. 

Tentu, bukan Disney pencipta dongeng si cantik dan si buruk rupa ini, melainkan dongeng Prancis karya Jeanne-Marie Leprince de Baumont. Namun, sentuhan tangan dingin animator Disney membuat kisah ini lebih dekat bagi warga dunia. 

Tidak seperti karakter putri-putrinya terdahulu yang berpangku tangan menanti pangeran tampan, Belle adalah seorang perempuan mandiri. Belle rela berkorban menggantikan ayahnya yang disandera makhluk buas. Belle juga kemudian juga memenangkan hati sang makhluk buas itu dan mengubahnya jadi pangeran tampan. 

1. Pinocchio, 1940

Film ini dipilih situs majalah Time sebagai salah satu dari 25 Film Animasi Terbaik Sepanjang Masa. Kami setuju dan menempatkannya di posisi puncak versi kami juga. Pinocchio diangkat dari novel karya Carlo Collodi tahun 1883.

Dicatat Time telah memberi plot dasar pengisahan bagi film-film animasi lain sesudahnya. Happy Feet, Kung Fu Panda, atau Tangled dan banyak lagi lainnya berutang pada Pinocchio dari segi tema cerita. Kisahnya adalah sebuah cerita klasik coming-of-age film, kisah pencarian jati diri. Kita mengikuti petualangan akbar Pinocchio, sesosok boneka kayu ingin menjadi manusia: ia bertemu jangkrik, diculik, dimakan ikan paus, hingga bertemu peri baik hati. 

Siapa yang tak ingat pesan moral film ini untuk jangan berbohong (kalau berbohong, hidungmu akan memanjang), atau anak-anak nakal yang bernasib jadi keledai. Hebatnya Disney, segala pesan moral itu tak terasa menggurui. Kita terhibur oleh petualangan Pinocchio dan tak bosan menontonnya berkali-kali lagi.

link: http://littlenewslittle.blogspot.com/2012/11/10-film-animasi-tradisional-karya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar